Monday, 13 November 2017

Teknik Sipil | Laporan Uji Tanah - Politeknik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Tanah merupakan lapisan yang lunak juga mempunyai butiran yang lepas, sedangkam batuan merupakan lapisan yang keras dan melekat kuat. Karena itu tanah dianggap terdiri dari sebuah jaringan butiran yang padat dan mempunyai rongga atau pori. Rongga atau pori dapat terisi oleh air dan udara bahkan terisi oleh keduanya sekaligus.




Suatu bentuk (phase) adalah suatu bagian dari sisi tanah secara fisik dan kimiawi berbeda dengan bagian–bagian yang lain. Tanah merupakan bagian yang mempunyai phase seperti :
·         Padat (biasanya berbutir–butir mineral)
·         Cair (biasanya air)
·         Gas (biasanya udara)
Ilmu tentang tanah sampai saat ini sudah sedemikian jauh berkembang dan ilmu tanah merupakan sebuah ilmu pasti yang dapat menentukan keadaan tanah secara keseluruhan dengan sekali pengujian, tetapi karena tanah tidak sama, maka pengujiannya harus dilakukan beberapa kali  jika lokasi tanah tersebut akan digunakan untuk sebuah konstruksi.
Dengan adanya percobaan–parcobaan, kita dapat menentukan parameter–parameter yang akan berpengaruh terhadap tanah, baik terhadap sifat fisik maupun sifat mekanisnya.
Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik  yang melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil, disamping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan.
Dalam ilmu rekayasa sipil, bangunan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
a.       Upper Structure (bagian atas tanah)
b.      Sub Structure (bagian bawah tanah)
Upper structure adalah seluruh bagian struktur dari bangunan yang ada diatas permukaan tanah, yang terdiri dari struktur beton bertulang, beton pratekan, baja atau bahan lain. Pada bagian ini yang diperlukan adalah perhitungan-perhitungan kekuatan, kestabilan serta keamanan dari struktur tersaebut. Baik akibat berat sendiri, angin ataupun gempa beserta pengenalan perilaku bahan yang digunakan.
Bagian sub structure adalah bagian bangunan yang ada dibawah tanah, yakni pondasi tempat seluruh bangunan bertumpu. Untuk mendapatkan pondasi yang baik, harus memenuhi dua kriteria yaitu daya dukung yang cukup dan penurunan yang tidak membahayakan bangunan.
Dengan demikian diperlukan penguasaan terhadap gaya-gaya yang bekerja pada pondasi dan penguasaan sifat-sifat tanah, dimana pondasi itu bertumpu.
Untuk mendapatkan desain pondasi yang baik dan memenuhi kriteria perlu dicari parameter tanah baik sifat fisik maupun mekanis tanah. Dengan demikian perlu dipelajari ilmu mekanika tanah dan uji tanah. Uji tanah langsung dilapangan atau laboraturium merupakan upaya silmulasi untuk mendapatkan parameter tanah yang mendekati sebenarnya.
Yang termasuk dalam parameter sifat fisik tanah adalah :
-   Berat jenis                            - Berat isi                             - Kadar air
-   Porositas                              - Derajat kejenuhan              - Nilai Atterberg
-   ukuran buutir tanah              - Kepadatan tanah               - Permeabilitas

Sedangkan sifat mekanis tanah adalah :
-   Nilai Kohesi
-   Nilai sudut geser tanah
-   Kuat tekan tanah
-   Daya dukung tanah
1.2         Tujuan Penulisan
Tujuan utama dalam penulisan laporan uji tanah I adalah sebagai salah satu syarat yang harus diselessaikan sebagai salah satu tugas setelah selesainya praktek uji bahan I, serta sebagai salah satu bahan penilaian oleh dosen pembimbing atau instruktur. Dan juga sebagai hasil yang didapat dari praktek uji bahan I yang berlangsung di Laboratorium Tanah Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.

BAB II
DASAR TEORI

2.1         Sampling Dengan Bor Tangan
2.1.1 Keadaan lokasi pengambilan sample
       Tempat  tanah yang dipergunakan untuk pengujian uji tanah seperti pada lampiran 1.

2.1.2 Cara pengambilan sampel
        Tanah yang diambil terletak pada kedalaman ± 2 m dari permukaan tanah. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menggali. Alat yang yang dibutuhkan dalam melakukan penggalian antara lain:
  1. Lam
  2. Tabung besar dan kecil
  3. Cangkul
  4. Sekop
  5. Palu 50 kg

         Bahan yang diambil berupa sampel tanah yang terganggu satu karung (± 60 kg) dari 50 cm dari permukaan tanah dan sampel tanah tak terganggu 1/2 tabung besar (50 cm) serta satu tabung kecil.
        Ciri – ciri sampel tersebut antara lain:
  1. Berwarna kuning
  2. Terendam air.
  3. Tidak berhumus dan liat.


2.1.3. Pengangkutan tanah
        Setelah selesai penggalian tanah untuk benda uji dan dimasukkan dalam plastik dan dimasukkan lagi kedalam kardus yang ditutup dengan rapat maka selanjutnya benda uji di angkut dengan menggunakan mobil. Tanah harus terjaga dari pengaruh cuaca dan getaran kendaraan pada saat pengangkutan ke Laboratorium.
2.2         Kadar Air Asli
Semua macam tanah, secara umum terdiri dari 3 fase, yaitu butiran tanah, air serta udara yang terdapat dalam ruangan antara butir-butir tersebut, dan ruangan ini di sebut pori. Tanah yang benar-benar kering tidak terdapat air sama sekali didalam porinya, sehingga pori hanya berisi udara. Dengan demikian tanah tersebut hanya terdiri dari dua unsur yakni  butiran tanah dan udara pengisi pori.
Sebaliknya kita dapat menemukan keadaan dimana pori tanah tidak mengandung udara sama sekali, jadi pori tersebut menjadi penuh terisi air. Dalm hal ini tanah dikatakan jenuh sempurna (fully saturated).
Partikel padat, air  dan udara yang terkandung di dalam tanah,  masing-masing mempunyai berat dan volume.
Va = volume udara
Vw = volume air
Vv = volume pori
Vs = volume butiran
V  = volume total   
Wa = berat udara
Ww = berat air(Ww = w . GS . ɣW)
Ws = berat butiran(Ws = GS . ɣW)
W = berat total           
                  
Untuk mencari kadar air, dapat di gunakan rumus :
Keterangan :
W1 = Berat cawan
W2 = Berat cawan +tanah basah
W3 = Berat cawan + tanah kering oven


2.3         Berat Isi (Density)
Berat isi adalah perbandingan antara berat tanah basah dan isi tanah. Besaran tersebut dinyatakan dalam satuan gr/cm . Pengujian isi tanah ini dilakukan untuk mengetahui besarnya berat isi yang dimiliki tanah dalam keadaan padat. Berat isi dari suatu tanah juga mempengaruhi fungsi sebagai dasar atau landasan bawah dari suatu kontruksi.
Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti dari berat isi tanah perlu dilakukan pengujian di laboratorium. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
γ =


γ =
V = ¼  D2 t



Keterangan :


W1 = Berat cincin
W2 = Berat cicin dan tanah
D   = Diameter cincin
T = Tinggi Cincin



2.4         Berat Spesifik (Gs)
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat volume butiran padat dengan berat volume air pada temperature tertentu. Harga berat jenis butiran tanah sering dibutuhkan dalam bermacam–macam perhitungan mekanika tanah, harga-harga tersebut diperoleh dari pengujian di laboratorium. Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,6 – 2,9. Oleh karena itu perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian di laboratorium untuk memperoleh berat jenis sebenarnya dari suatu tanah dan untuk memperoleh data-data yang akurat dari pengujian tersebut dapat digunakan rumus :    
Specific grafity ( Gs )     =        
Specific grafity ( Gs )     =    
Keterangan    :                 
Gs = Berat jenis
W = Berat picnometer
W = Berat picnometer + tanah
W = Berat picnometer + tanah + air
W = Berat picnometer + air

2.5         Menentukan Nilai Batas Atteberg
Nilai-nilai batas atterberg (konsistensi) ditemukan pada tahun 1919 oleh seorang bernama Atterberg. Nilai-nilai ini terdapat pada tanah berbutir halus (clay atau silt) yang terdiri dari :
a.       Batas Cair (Liquit Limit) =  LL
b.      Batas Plastis (Plastis Limit) = PL
c.       Batas Susut (Skrink Limit) = ST
Bayangkanlah satu sample tanah berbutir halus yang telah di campur air sehingga mencapai keadaan cair. Jika campuran ini kemudian dibiarkan menjadi kering sedikit demi sedikit, maka tanah ini akan melalui beberapa tahapan keadaan, dari keadaan padat sampai keadaan cair.
Suatu hal yang sangat penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisnya. Plastisnya disebabkan oleh adanya partikel lempung dalam tanah. Plastisitas digambarkan sebagai kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan bentuk dalam menyesuaikan perubahan bentuk pada volume yang konstan tanpa retak-retak atau remuk.
Kadar air (w) membentuk tanah menjadi : Cair, Plastis, Semi plastis dan padat. Hal ini berhubungan dengan konsistensi yakni gaya tarik menarik antara partikel lempung. Batas cair dan batas plastis merupakan nilai yang sangat penting, selisih antara batas cair dan batas plastis di sebut indeks plastis.
Kadar air dinyatakan dalam persen,dimana terjadi transisi dari keadaan padat ke keadaan semi-padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air dimana transisi dari keadaan semi-padat ke keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair, dan batas-batas ini dinamakan dan dikenal juga sebagai batas-batas atterberg.
Batas cair (LL) adalah batas antara keadaan cair dan plastis atau kadar air dimana tanah mempunyai kekuatan geser yang kecil, yang menyebabkan dapat dengan mudah mengalir menutup celah. Nilai LL diperoleh dari pengujian dengan menggunakan alat Casagrande. Alat tersebut terdiri dari mangkok kuningan yang bertumpu pada dasar karet yang keras. Mangkok kuningan dapat di angkat dan di jatuhkan di atas dasar karet keras tersebut dengan sebuah pengungkit eksentris di jalankan oleh suatu alat pemutar. Untuk melakukan uji batas cair, pasta tanah di letakkan didalam mangkok kuningan kemudian digores tepat di tengahnya dengan alat penggores standar,dengan menjalankan alat pemutar,mangkok kemudian dinaik-turunkan dari ketinggian 0,3937 in (10 mm). Kadar air dinyatakan dalam persen, dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0.5 in (12,7 mm) sepanjang dasar contoh tanah di dalam mangkok sesudah 25 kali pukulan di definisikan sebagai batas cair.
Batas plastis adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis. Keadaan ini ditandai dengan mulainya terjadi retak-retak rambut apabila tanah tersebut dibentuk batang dengan dimeter 3,2 mm. Pengujian batas plastis di lakukan dengan cara memplintir tanah kohesif (butiran halus) dengan kadar air tertentu pada permukaan kaca datar, sehigga pada diameter sekitar 3 mm tanah hasil plintiran tersebut menjadi retak-retak. Tanah akan berperilaku plastis pada rentang kadar air antara batas plastis (PL) sampai batas cair (LL), rentang kadar air tersebut di namakan indeks plastisitas yang dapat di hitung dengan rumus :

P = LL-PL
Keterangan :
IP  = indeks plastis
LL = Batas cair
PL = Batas plastis
Batas  plastis didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen, dimana tanah apabila digulung samapai dengan diameter  1/8 in (3,2 mm) menjadi retak-retak. Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat keplastisitasan suatu tanah. Cara pengujiannya adalah sangat sederhana, yaitu dengan menggulung massa tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar.
Sifat plastis dari suatu tanah disebabkan oleh air yang terserap di sekeliling permukaan lempung, maka dapat diharapkan bahwa tipe dan jumlah mineral lempung yang dikandung dalam suatu tanah akan mempengaruhi batas batas plastis dan batas cair yang bersangkutan. Skempton (1953) menyelidiki bahwa indeks plastis suatu tanah akan bertambah menurut garis lurus sesuai dengan bertambahnya persentase dari fraksi berukuran lempung yang di kandung oleh tanah.
Batas susut adalah kadar air dimana tanah mulai berbentuk padat. Pada kadar air ini, apabila tanah tersebut dikeringkan lebih lanjut tidak akan terjadi penyusutan volume.
Kegunaan batas-batas Atterberg
Batas Atterberg khususnya batas cair dan batas plastis tidak secara langsung memberikan angka-angka yang dapat dipakai dalam perhitungan, yang kita peroleh dari percobaab Atterberg adalah suatu gamabaran secara garis besar akan sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Tanah yang batas cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk, yaitu kekuatannya rendah, kompresibilitasnya tinggi. Tanah yang indek plastisitasnya besar biasanya mempunyai penyusutan dan pengembangan volume yang besar.

2.6         Analisa Ukuran Butiran
2.6.1        Analisa Saringan
Analisa ayakan adalah mengayak dan menggetarkan contoh tanah melalui satu set ayakan dimana lubanag-lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. Untuk standar ayakan di amerika, nomor ayakan dan ukuran lubang di berikan dalam table di bawah ini :

Tabel 2.1 Ukuran Ayakan Standard di Amerika
Ayakan No.
Lubang (mm)
4
4.750
6
3.350
8
2.360
10
2.000
16
1.180
20
0.850
30
0.600
40
0.425
50
0.300
60
0.250
80
0.180
100
0.150
200
0.75

Mula-mula contoh tanah dikeringkan terlebih dahulu, kemudian semua gumpalan-gumpalan dipecah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil lalu baru di ayak dalam percobaan di laboraturium. Setelah cukup waktu untuk mengayak dengan cara getaran, massa tanah yang tertahan pada setiap ayakan dengan cara getaran, massa tanah yang tertahan pada setiap ayakan ditimbang. Untuk menganalisis tanah-tanah kohesif, barang kali agar sukar untuk memecahkan gumpalan-gumpalan tanahnya menjadi partikel-partikel lepas yang berdiri sendiri, untuk itu tanah tersebut perlu dicampur dengan air sampai menjadi lumpur encer dan kemudian dibasuh seluruhnya melewati ayakan-ayakan tersebut.
Bagian padat yang tertahan pada setiap ayakan dikumpulkan sendiri-sendiri, kemudian masing-masing ayakan beserta tanahnya dikeringkan dalam oven, dan kemudian berat tanah kering tersebut di timbang. Hasil-hasil ayakan biasanya dinyatakan dalam persentase dari berat total.
Butiran tanah yang merupakan partikel padat, terdiri atas berbagai ukuran dari kecil hingga besar yang menurut berbagai standar. Pada umumnya, tanah di lapangan terdiri atas beberapa kelompok, seperti kerikil yang mengandung pasir dan lempung maupun lanau, pasir mengandung lanau atau lempung dan sebagainya.
Untuk mengetahui jenis kelompok yang terkandung pada suatu tanah, maka harus dilakukan analisa ukuran butiran. Ada 2 cara yang sering dipakai untuk menganalisa butiran tanah itu :
a.       Metode penyaringan (Sieve analisis)
Digunakan untuk mempunyai diameter lebih besar dari 0,075 mm atau tertahan pada saringan No.200.
b.        Metode Hidrometer
Digunakan untuk butiran yang mempunyai diameter lebih kecil dari 0,075 mm atau yang lolos saringan No.200.
Prosentase tanah yang tertinggal pada masing-masing saringan dapat dicari dengan menggunakan rumus :


2.6.2        Analisa Hidrometer
Analisis hydrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir-butir tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk, ukuran, dan beratnya. Untuk mudahnya kita anggap bahwa semua partikel tanah itu berbentuk bola (bulat) dan kecepatan mengendap dari partikel-partikel itu dapat di nyatakan dengan Hokum Stokes.
Pada pengujian hydrometer dilakukan dengan silinder pengendap yang terbuat dari gelas dan memakai 50 gram contoh tanah yang kering dari oven. Silinder pengendap tersebut mempunyai tinggi 18 inci (457,2 mm) dan diameter 2,5 (63,5 mm). Silinder tersebut diberi tanda  yang menunjukkan  volume sebesar 1000 ml. Campuran Calgon (Natrium hexametaphosphate) biasa di gunakan sebagai bahan pendispersi. Total volume dari laritan air+calgon+tanah tanah yang terdispersi dibuat menjadi 1000 ml dengan menambahkan air suling.
Bila sebuah alat hydrometer diletakkan dalam larutan tanah tersebut pada waktu t, yang diukur dari mula-mula terjadinya sedimentasi, maka alat tersebut mengukur berat spesifik dari larutan disekitar bola kacanya sampai sedalam L dari permukaan larutan. Harga berat spesifik dari larutan merupakan fungsi dari jumlah partikel tanah yang ada pada tiap satuan volume larutan sepanjang kedalaman L tersebut. Juga karena mengendap maka pada waktu t partikel-partikel tanah yang masih ada dalam larutan samapai kedalaman L  akan mempunyai diameter yang lebih kecil dari D. Pada partikel-partikel yang lebih besar dari D telah mengendap terlebih dahulu di dalam kolom L tersebut. Alat hydrometer tersebut di rancang untuk dapat memberikan jumlah tanah yang masih tertinggal di dalam larutan. Alat hydrometer telah dikalibrasi untuk tanah yang mempunyai berat-berat spesifik (Gs) 2,65. Jadi untuk tanah dengan harga Gs  yang lain perlu adanya koreksi.
Dengan mengetahui jumlah tanah di dalam larutan, L dan t, kita dapat menghitung persentase berat dari tanah yang lebih halus dari diameter yang di tentukan. Perhatikan bahwa L adalah kedalaman yang diukur dari permukaan air terhadap pusat bola kaca dari alat hydrometer dimana kekentalan larutan di ukur. Harga L akan berubah menurut waktu, variasinya pada pembacaan hydrometer diberikan dalam Annual Bookof ASTM Standard (1982-Lihat Test Designation D-422 Tabel 2). Analisa hydrometer sangat efektif untuki di gunakan memisahkan fraksi tanah halus sampai dengan ukuran kira-kira 0,5 m. Harga L dapat dicari dengan persamaan :


L = L1 + 0,5

Keterangan :
Vh = volume hidrometer  (gr)
A = luas penampang (cm2)


Diameter efektif dihitung dengan persamaan berikut :


D(mm) = K  
Keterangan :
L=jarak pembacaan hidrometer (cm)
t= waktu pembcaan hidrometer (menit)


K = merupakan fungsi dari Gs dan μ yang tergantung pada temperatur sampel.

2.7         Pemadatan (Proctor Standart)
Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis. Untuk setiap daya pemadatan tertentu, kepadatan tang tercapai tergantung kepada banyaknya air di dalam tanah tersebut yaitu kadar airnya. Bila mana kadar air dalam suatu tanah rendah maka tanah itu kaku dan sukar dipadatkan. Bila kadar air ditambah maka air itu berlaku sebagai pelumas sehingga tanah tersebut akan lebih mudah dipadatkan dan ruangan kosong diantara butir menjadi lebih kecil. Pada kadar air tinggi, kepadatannya akan turun lagi. Karena pori-pori tanah menjadi penuh terisi air yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara pemadatan
Tujuan pemadatan tanah adalah untuk meningkatkan sifat-sifat teknis suatu jenis tanah. Pemadatan pada tanah akan menyebabkan berat volume dan kekuatan tanah meningkat sedangkan koefesian permeabilitasnya menjadi berkurang.
Nilai kepadatan tanah yang di peroleh sesudah pemadatan akan berbeda-beda, tergantung dari kadar air (water content) tanah tersebut. Hubungan antara berat isi dan kering (dry density) dari tanah yang di padatkan dengan kadar air adalah berubah-ubah secara parabolis. Harga maksimum dari isi berat kering di sebut berat isi maksimum dan kadar air yang diperoleh pada kepadatan ini di sebut kadar air optimum.


Berat isi tanah  dihitung dengan : 3
Berat isi tanah dihitung dengan :
Proctor mendefinisikan 4 variabel pemadatan tanah yaitu :
a.       Usaha pemadatan (energi pemadatan)
b.      Jenis tanah (gradasi, kohesif atau tidak, ukuran butir)
c.       Kadar air
d.      Angka pori atau berat isi kering
Sedangkan maksud dari pemadatan antara lain adalah :
a.       Mempertinggi kuat geser tanah
b.      Mengurangi sifat mudah mampat
c.       Mengurangi permeabilitas
d.      Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air

2.8         CBR (California Bearing Ratio)
Pengujian ini di maksudkan untuk menentukan CBR (California Bearing Ratio) tanah dan campuran tanah agregat yang dipadatkan di laboraturium pada kadar air tertentu. CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.
Harga CBR ( California Bearing Ratio ) yaitu nilai yang menyatakan kualitas tanah dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR 100 % dalam memikul beban lalu lintas.(Djatmiko Soedarmo, 1993). CBR biasanya digunakan antara lain untuk perencanaan pembangunan jalan baru dan lapangan terbang. Untuk menentukan nilai CBR harus disesuaikan dengan peralatan dan data hasil pengujian kepadatan yaitu pengujian pemadatan ringan untuk tanah berbutir halus atau pengujian pemadatan berat untuk tanah berbutir.
            Harga CBR ( California Bearing Ratio ) adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR 100 % dalam memikul beban lalu lintas.(Djatmiko Soedarmo, 1993). Alat pengujian untuk menentukan besarnya CBR berupa alat yang mempunyai piston dengan luas 3 inchi. Piston digerakkan dengan kecepatan 0,05 inchi/menit, vertikal ke bawah. Proving ring yang digunakan untuk mengukur beban yang dibutuhkan pada penetrasi tertentu yang diukur dengan arloji (Muir, 1987)


BAB III
PRAKTIKUM UJI TANAH 1

3.1         Pengujian Kadar Air (w)
3.1.1         Tujuan Praktikum
a.       Dapat menentukan nilai kadar air asli pada suatu tanah (w)
b.      Dapat Mengetahui bagaimana cara pemeriksaan kadar air di laboratorium dengan benar

3.1.2        Alat Dan Bahan Yang Digunakan


a.       Peralatan
-          Cawan
-          Timbangan digital
-          Spatula
-          Desikator
-          Tang penjepit
-          Oven
b.      Bahan
-          Tanah lempung







3.1.3        Keselamatan Kerja
a.       Baca lembaran kerja (Jobsheet) terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian
b.      Pusatkan perhatian pada pekerjaan
c.       Ikutilah petunjuk instruktur
d.      Gunakanlah pakaian praktek selengkapnya
e.       Gunakan alat dengan benar dan sesuai fungsinya
f.       Simpan alat yan telah dipakai pada tempat yang telah disediakan
3.1.4        Langkah kerja
a.       Timbang cawan yang sudah dibersihkan . Berat ini dicatat sebagai (W1).
b.      Masukan contoh tanah kedalam cawan ,kemudian ditimbang .Berat ini dicatat sebagai (W2).
c.       Masukkan cawan yang sudah berisi tanah tadi kedalam oven.
d.      Setelah 24 jam keluarkan dan masukkan kedalam desikator ± 1 jam ,kemudian timbang beratnya .Berat ini dicatat sebagai W3.
e.       Selanjutnya hitung kadar airnya.


3.2         Pengujian Berat Spesifik (Gs)
3.2.1        Tujuan Praktikum
a.       Dapat mengetahui perbandingan antara berat butir tanah dengan volume butir tanah tersebut pada suhu tertentu
b.      Dapat mengetahui bagaimana cara pemeriksaan berat spesifik tanah di laboratorium dengan benar

3.2.2        Alat Dan Bahan Yang Digunakan


a.       Peralatan
-     Picnometer
-     Saringan no. 10 (2mm)
-     Termometer
-     Air suling
-     Mesin vacum
-     Botol air
-     Timbangan ketelitian 0,01 gr
-     Talam aluminium
b.      Bahan
-          Tanah lempung


3.2.3        Keselamatan Kerja
a.       Baca lembaran kerja (Jobsheet) terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian
b.      Pusatkan perhatian pada pekerjaan
c.       Ikutilah petunjuk instruktur
d.      Gunakanlah pakaian praktek selengkapnya
e.       Gunakan alat dengan benar dan sesuai fungsinya
f.       Simpan alat yan telah dipakai pada tempat yang telah disediakan 

3.2.4        Langkah Kerja
a.       Timbang berat picnometer dan tutupnya, kemudian siapkan sampel tanah sebnyak 50 gram.
b.      Kemudian masukkan sampel sebanyak 5 – 10 gram kedalam
c.       picnometer lalu timbang beratnya.
d.      Lalau masukkan air suling kedalamnya hingga batasnya ataupun terendam.
e.       Lalu timbang beratnya .
f.       Kocok picnometer agar udara yang berada dalam tanah dapat keluar, lalu bersihkan samping dinding picnometer dengan memutar perlahan sedikitdan miringkan lalu diamkan selama waktu 24 jam.
g.      Apabila air terlihat kurang tambahkan hingga batasnya, keringkan bagian luar picnometer dan timbang beratnya.
h.      Lalu picnometer diisi dengan air suling hingga batas dan timbang beratnya


3.3         Pengujian Batas Cair (LL)
3.3.1        Tujuan Praktikum
a.       Dapat menentukan kadar air untuk batas cair suatu tanah
b.      Dapat Mengetahui bagaimana cara pemeriksaan batas cair di laboratorium dengan benar

3.3.2        Alat Dan Bahan Yang Digunakan
a.       Peralatan yang digunakan
-          Alat casagrande beserta groving tool
-          Timbangan ketelitian 0,01 gr


-          Spatula
-          Cawan
-          Desikator
-          Palu karet
-          Saringan no. 40
-          Kaca datar
-          Botol air
-          Oven


b.      Bahan yang digunakan
-          Tanah lempung

3.3.3        Keselamatan Kerja
a.       Baca lembaran kerja (Jobsheet) terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian
b.      Pusatkan perhatian pada pekerjaan
c.       Ikutilah petunjuk instruktur
d.      Gunakanlah pakaian praktek selengkapnya
e.       Gunakan alat dengan benar dan sesuai fungsinya
f.       Simpan alat yan telah dipakai pada tempat yang telah disediakan


3.3.4        Langkah Kerja
a.    Letakkan 100 gram benda uji diatas plat kaca.
b.   Tambahkan air sedikit lalu aduk dengan spatula sampai merata atau homogen.
c.    Ambil sebagian dan masukkan kedalam mangkok alat batas cair serta ratakan sehingga sejajar dengan dasar alat.
d.   Buat buat alur dengan menggunakan alat pembuat alur sehingga sampel terbelah menjadi dua bagian.
e.    Putar alat sampai membengkok naik dan jatuh dengan kecepatan 2 putaran/detik. Putaran diberhentikan ketika dasar alur bersinggungan sepanjang 1,25 cm dan catatlah jumlah pukulannya.
f.    Lakukan percobaan ini min 2 kali hingga mendapat jumlah pukulan mendekati sama  dan catat rata – rata pukulannya dan uji kadar airnya.
g.   Lakukan pengujian ini sedikitnya 4 kali hingga jumlah pukulan nya mendapat 2 kali diatas 25 dan 2 kali dibawah 25.

                                         
3.4         Pengujian Batas Plastis (PL)
3.4.1        Tujuan Praktikum
a.       Dapat menentukan nilai kadar air untuk batas plastis pada suatu tanah
b.      Dapat Mengetahui bagaimana cara pemeriksaan batas cair di laboratorium dengan benar
3.4.2        Alat Dan Bahan Yang Digunakan
c.       Peralatan yang digunakan
-          Alat casagrande beserta groving tool
-          Timbangan ketelitian 0,01 gr


-          Spatula
-          Cawan
-          Desikator
-          Palu karet
-          Saringan no. 40
-          Kaca datar
-          Botol air
-          Oven


-          Bahan yang digunakan
-          Tanah lempung
3.4.3        Keselamatan Kerja
a.       Baca lembaran kerja (Jobsheet) terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian
b.      Pusatkan perhatian pada pekerjaan
c.       Ikutilah petunjuk instruktur
d.      Gunakanlah pakaian praktek selengkapnya
e.       Gunakan alat dengan benar dan sesuai fungsinya
f.       Simpan alat yan telah dipakai pada tempat yang telah disediakan

3.4.4        Langkah Kerja
a.       Letakkan contoh tanah di atas plat kaca, aduk dengan air suling hingga merata
b.      Buatlah bola-bola tanah tersebut di geleng-geleng  diatas plat kaca
c.       Penggelengan terus dilakukan sampai benda uji membentuk batang dengan diameter 3.2 mm dan retakan- retakan terjadi,
d.      Batas plastis adalah kadar air rata-rata dari batang tanah tersebut

3.5         Pengujian Analisa Saringan
3.5.1        Tujuan Praktikum
a.       Dapat mengetahui atau menentukan pembagian ukuran butir suatu tanah berdasarkan ukuran lubang ayakan
b.      Dapat Mengetahui bagaimana cara pemeriksaan analisa butiran saringan di laboratorium dengan benar

3.5.2        Alat Dan Bahan Yang Digunakan
a.       Peralatan yang digunakan
-          Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
-          1 set saringan dengan ukuran 10, 20, 40, 80, 100, 200, dan pan
-          Oven
-          Alat pemisah contoh
-          Mesin penggetar
-          Talam
-          Kuas, sikat kuningan
-          Sendok
-          Container

b.      Bahan yang digunakan
-          Tanah lempung

3.5.3        Keselamatan Kerja
a.       Baca lembaran kerja (Jobsheet) terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian
b.      Pusatkan perhatian pada pekerjaan
c.       Ikutilah petunjuk instruktur
d.      Gunakanlah pakaian praktek selengkapnya
e.       Gunakan alat dengan benar dan sesuai fungsinya
f.       Simpan alat yan telah dipakai pada tempat yang telah disediakan

3.5.4        Langkah Kerja
a.           Tanah sampel dicuci dengan saringan no.200.
b.          Pencucian dilakukan dengan air bekas cucian sehingga benar – benar bersih dan jernih. Kemudian tanah yang tertinggal pada saringan no.200 dikeringkan dengan oven pengering.
c.           Selanjutnya tanah dimasukkan kedalam saringan yang paling atas (saringan no.10) kemudian letakkan seperangkat alat tersebut untuk digetarkan selama 10 menit dengan tangan atau dengan mesin penggetar.


3.6         Pengujian Analisa Hidrometer
3.6.1        Tujuan Praktikum
a.       Dapat menentukan pembagian butir (gragasi) tanah yang lewat saringan nomor 200
b.      Dapat Mengetahui bagaimana cara pemeriksaan analisa butiran dengan hidrometer di laboratorium dengan benar

3.6.2        Alat Dan Bahan Yang Digunakan


a.       Peralatan
-          Alat hydrometer
-          Gelas ukur
-          Stop watch
-          Pipet
-          Oven pengering
-          Mixer
-          Thermometer
-          Container
-          Batang pengaduk dari kaca
-          Timbangan digital
b.      Bahan
-          Tanah lempung



3.6.3        Keselamatan Kerja
a.       Baca lembaran kerja (Jobsheet) terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian
b.      Pusatkan perhatian pada pekerjaan
c.       Ikutilah petunjuk instruktur
d.      Gunakanlah pakaian praktek selengkapnya
e.       Gunakan alat dengan benar dan sesuai fungsinya
f.       Simpan alat yan telah dipakai pada tempat yang telah disediakan

3.6.4        Langkah Kerja
a.           Rendamlah tanah dengan air suling yang terlebih dahulu dicampur dengan larutan sodium hexa methaphosphat selama 24 jam, aduk sampai merata.
b.          Sesudah perendaman campuran dipindahkan dalam mangkuk pengaduk dan tambahkan air suling secukupnya,aduk dengan pengaduk mekanis (mixer) selama 10 – 20 menit.
c.      Pindahkan campuran kedalam tabung gelas ukur dan tambahkan air suling sampai 100 ml, mulut tabung ditutup rapat dengan telapak tangan dan kocok dengan arah bolak balik.
d.          Perhatikan pada tabung dalam keadaan terbalik harus dijaga jangan sampai ada tanah yang melekat pada dasar tabung.
e.           Setelah dikocok selama 10 kali, letakkan tabung diatas meja serta masukkan alat hidrometer kedalam suspensi tersebut dan siapkan stop watch untuk menentukan lama.
f.           Waktu pembacaan alat hidrometer adalah ¼, ½, 1, dan 2 menit tanpa memindahkan alat hidrometer.
g.          Catat pembacaan – pembacaan itu sampai 0,5 gr/ltr yang terdekat atau melewati 0,001 berat jenis, sesudah pembacaan pada menit kedua, hidrometer diangkat dengan hati – hati kemudian dicuci dengan air suling dan masukkan kedalam tabung berisi air suling dengan suhu yang sama seperti suhu tabung percobaan.
h.          Hidrometer dimasakkan kembali kedalam tabung yang berisi campuran tadi dan lakukan pembacaan hidrometer pada saat – saat 5, 15, 30 menit, 1, 4, dan  24 jam.
i.            Setip setelah pembacaan hidrometer dicuci dan kembalikan kedalam tabung air suling. Proses memasukkan dan mengeluarkan hidrometer dilakukan masing – masing dalam 10 detik. Suhu campuran diukur pada 15 menit pertama dan kemudian pada setiap pembacaan berikutnya.
j.            Sesudah pembacaan terakhir, campuran dipindah kedalam saringan no.200 dan dicuci sampai air pencucian jernih dan biarkan air yang mengalir terbuang.


3.7         Pengujian Konsolidasi
3.7.1        Tujuan Praktikum
a.       Untuk dapat mengetahui mengecilnya volume lapisan tanah bilamana suatu lapisan tanah mengalami tambahan beban di atasnya
b.      Dapat Mengetahui bagaimana cara pemeriksaan uji konsolidasi di laboratorium dengan benar
3.7.2        Alat Dan Bahan Yang Digunakan
a.       Peralatan yang digunakan
-          Suatu set alat uji konsolidasi yang terdiri dari cell konsolidasi dan rangka beban, lengkap keeping beban yang sesuai.
-          Dial dengan ketelitian 0,01 mm.
-          Alat pencetak yang terdiri dari:
·         Ring pencetak
·         Extruder
·         Alat pemotong
-          Stopwacth .
-          Timbangan.
-          Oven.
-          Cawan
-          Spatula.
-          Penjepit
-          Kunci-kunci
-          Contoh tanah , dsb

b.      Bahan yang digunakan
-          Tanah lempung

3.7.3        Keselamatan Kerja
a.        Baca lembaran kerja (Jobsheet) terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian
b.        Pusatkan perhatian pada pekerjaan
c.        Ikutilah petunjuk instruktur
d.       Gunakanlah pakaian praktek selengkapnya
e.        Gunakan alat dengan benar dan sesuai fungsinya
f.         Simpan alat yan telah dipakai pada tempat yang telah disediakan

3.7.4        Langkah Kerja
a.       Ring pencetak dibersihkan, ditimbang dan diukur dimensinya.
b.      Contoh tanah di cetak dengan ring pencetak. Kedua permukan di ratakan, kemudian di timbang.
c.       Setelah ditimbang contoh tanah langsung ditempatkan kedalam sel konsolidasi. Bagian atas dan bawah diberi batu pori dan kertas saringan.
d.      Pada bagian atas dipasang plat penumpu.
e.       Tempatlah sel yang telah berisi contoh tanah tersebut pada rangka beban. Kemudian atur lengan beban dengan hati- hati, hingga jarum penekan nya tepat metentuh plat penumpu tapi contoh tidak boleh tertekan.
f.       Pasang dial dan distel pada angka nol.
g.      Sel diisi air hingga penuh dan dibiarkan selama 24 jam, hingga contoh menjadi jenuh.
h.      Mulai diberi pembebanan pertama yaitu beban yang memberikan tekanan pada contoh tanah sebesar 0,23 Kg/ cm2, sambil dibaca pada interval waktu : 0; 0,1; 0,22; 0,39; 1,0; 2,25; 4; 9; 16; 25; 36;49; 1440 (24 jam) dalam satuan menit .
i.        Setelah 24 jam catat pembacaan dial sebagai pembacaan awal.
j.        Tambahkan beban secara bertahap, hingga setip tahap tekanan berturut- turut menjadi 0.5,1,2,4 dan 8 Kg/cm2 sambil diadakan pembacaan seperti langkah 8,pada setiap saat.
k.      Setelah tekanan 8 Kg/cm2  dicapai, beban dikurangi secara bertahap hingga tekanan menjadi 0,23dan 0Kg/cm2.Untuk ini pembacaan hanya diambil setiap 5jam saja.
l.        Setelah selesai pegujian contoh tanah dikeluarkan, ditimbang dan diukur kadar airnya.   

3.8         Pengujian Pemadatan (Proctor Standar)
3.8.1        Tujuan Praktikum
a.       Untuk dapat menentukan hubungan kadar air dengan kepadatan tanah, sehingga diketahui kepadatan maksimum dan kadar air optimum
b.      Dapat Mengetahui bagaimana cara pemeriksaan pemadatan tanah (proctor test) di laboratorium dengan benar

3.8.2        Alat Dan Bahan Yang Digunakan
a.       Peralatan yang digunakan
b.      Bahan yang digunakan

3.8.3        Keselamatan Kerja
a.       Baca lembaran kerja (Jobsheet) terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian
b.      Pusatkan perhatian pada pekerjaan
c.       Ikutilah petunjuk instruktur
d.      Gunakanlah pakaian praktek selengkapnya
e.       Gunakan alat dengan benar dan sesuai fungsinya
f.       Simpan alat yan telah dipakai pada tempat yang telah disediakan

3.8.4        Langkah Kerja
a.       Sediakan 5 sampai 6 bungkus contoh tanah, masing-masing dengan berat2,5 kg.
b.      Mould proctor standar dalam keadan bersih ditimbang. Volume dari mold sudah  distandarisasi yaitu 1/30 ft  = 944 cm  .
c.       Contoh tanah kering udara yang telah di ayak dan lolos saringan no.4, campur dengan air sampai rata sehingga kira-kira tidak pecah bila di kepal.
d.      tanah dimasukkan kedalam mold sampai kira-kira bila setelah di tumpuk sebanyak 25 kali tumpukan, tingginya menjadi 1/3 tinggi mold. Penumpukan dilakukan dengan palu yang telah distandar (2,5 kg).
e.       Pemadatan dilakukan sampai isi mold penuh, diisi 3 lapis setiap lapis ditumbuksebanyak 25 kali. Pada lapisan paling atas dipasang collar atau leher mold, agar tanah tidak tumpah.
f.       setelah pemadatan buka collar dan ratakan tanah pada mold, dan timbang beratnya.
g.      tanah dikeluarkan dari mold dengan menggunakan extruder.
h.      Tanah dibelah dan diambil sedikit pada bagian, atas, tengah dan bawah untuk diukur kadar airnya. Setelah mendapatkan nilai kadar airnya, cari harga rata-ratanya.

3.9         Pengujian CBR Laboratorium
3.9.1        Tujuan Praktikum
a.       Dapat menentukan besarnya daya dukung tanah pada kadar air tertentu
b.      Dapat Mengetahui bagaimana cara pemeriksaan CBR lab di laboratorium dengan benar
3.9.2        Alat Dan Bahan Yang Digunakan
a.       Peralatan yang digunakan
-          Mesin penetrasi (loading machine) berkapasitas sekurang– kurangnya 4,45 ton (10,000 lb) dengan kecepatan penetrasi sebesar 1,77 mm (0,05”) permenit.
-          Cetakan logam berbentuk silinder dengan ø 152,4 ± 0,6609 mm (6” ± 0,005”) cetakan harus dilengkapi dengan leher sambung dengan tinggi 50,8 (2,0”) dan keeping alas logam yang berlubang – lubang dengan tebal 9,35 mm dan diameter lubang tidak lebih dari 1,59 mm (1/16”).
-          Piring pemisah dari logam dengan ø 150,3 mm (5 15/16”) dan tebal 61,4 mm (1/16”).
-          Alat penumbuk sesuai dengan cara pemeriksaan standard atau modified.
-          Alat pengukur pengembangan atau swell yang terdiri dari keeping pengembangan yang berlubang – lubang dengan batang pengatur tripot logam, dan arloji penunjuk.
-          Keeping beban dengan berat 2,27 kg (5 pound), ø 194,2 mm (5,7/8”) dengan lubang tengah ø 54,0 mm (2 – 1/8”).
-          Jarak penetrasi dari logam ø 49,5 mm (1,95”) luas 1935 mm² (3 m²) dan panjang tidak kurang dari 101,6 mm (4”).
-          Satu buah arloji beban dan satu buah arloji pemukul penetrasi, alat timbang dengan ketelitian 5 gr.
-          Peralatan lain seperti : talam, alat perata, tempat untuk merendam.
3.9.3        Keselamatan Kerja
a.     Baca lembaran kerja (Jobsheet) terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian
b.    Pusatkan perhatian pada pekerjaan
c.     Ikutilah petunjuk instruktur
d.    Gunakanlah pakaian praktek selengkapnya
e.     Gunakan alat dengan benar dan sesuai fungsinya
f.     Simpan alat yan telah dipakai pada tempat yang telah disediakan

3.9.4        Langkah Kerja
Benda uji harus disiapkan menurut cara pemeriksaan pemadatan (standard compaction modifred).
1.      Ambil contoh tanah kira – kira seberat 5 gram atau lebih untuk tanah dan 5,5 untuk campuran tanah agregat.
2.      Kemudian campur bahan tersebut dengan air sampai kadar air optimum atau kadar air lain yang dikehendaki.
3.      Pasang cetakan pada keeping alas dan timbang, masukkan piringan pemisah diatas keeping alas dan pasang kertas saring diatasnya.
4.      Padatkan cetakan tersebut didalam cetakan sesuai dengan cara standard atau modified bila benda ini akan direndam periksa kadar airnya sebelum dipadatkan bila benda uji tersebut tidak direndam, pemeriksaan kadar air dilakukan setelah benda uji dikeluarkan dari cetakan.
5.      Buka leher sambung ratakan dengan alat perata. Tambal lubang–lubang yang mungkin terjadi pada permukaan karena lepasnya butir–butir kasar dengan bahan yang lebih halus. Keluarkan piringan pemisah, balikkan dan pasang kembali cetakan yang berisi benda uji pada keeping alas dan timbang.



BAB IV
 PENUTUP
4.1         SIMPULAN
Dari hasil pengujian tanah laboratorium dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :
a.       Pengujian kadar air rata-rata yang diperoleh dari 3 sampel tanah sebesar = 38.60%
b.      Kemudian berat isi rata-rata yang sampel 3 tanah terbesar = 1,951
c.       Dari pengujian berat jenis tanah rata-rata diperoleh sebesar = 2.619
d.      Pengujian attenberg limit, batas cair di peroleh 40.48 % dan batas plastis diperoleh 28.21 % dan indeks planstisitasnya adalah 12.48 %
e.       Pengujian proctor standart diperoleh
f.       Pengujian analisa saringan tanah yang lolos ayakan no.200 sebesar = 0,07   Dari data tanah tersebut termasuk kedalam klasifikasi A – 6 ( tanah berlempung)

4.2         SARAN
Selama melakukan praktek di laboratorium ini sangatlah sempit waktunya yang diberikan sehingga kami merasa masih banyak kekurangan ilmu yang telah diberikan, waktu melakukan praktek hendaknya diperpanjang didalam penelitian agar mencapai proses belajar mengajar.
Peralatan didalam penelitian hendaknya diperbanyak sehingga mahasiswa tidak perlu antri dalam melakukannya, yang dapat memperlambat kerja mahasiswa.Dalam penelitian hendaknya Bapak Instruktur ada ditempat untuk melancarkan mahasiswa didalam bekerja.



0 komentar:

Post a Comment